Senin, 15 Agustus 2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN RESIKO TINGGI
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU POST PARTUM DENGAN
RESIKO TINGGI
1.
PERDARAHAN POST PARTUM
Pengertian
Perdarahan post
partum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml yang terjadi selama dan / atau
setelah kelahiran. Perdarahan dapat terjadi awal dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran atau lambat sampai 28 hari pasca partum (akhir dari puerperium)
Etiologi
Perdarahan Post
partum dapat disebabkan oleh :
- Atonia uteri
- Perlukaan jalan lahir
- Retensi sisa plasenta
Gravida yang
berada pada resiko perdarahan tersebut adalah dengan paritas yang tinggi,
jaringan parut pada rahim, tumor, persalinan yang lama, persalinan yang
diperkuat oleh oxiticin, polihidramnion, kehamilan ganda, persalinan traumatic,
dan riwayat perdarahan atau perdarahan pasca persalinan sebelumnya.
Pada atonia
uteri terjadi penurunan kontraksi rahim sehingga dinding rahim tidak terjepit
dan tertutup yang berakibat pembuluh darah terbuka sehingga terjadi perdarahan.
Perlukaan jalan lahir membuat terbukanya jaringan / vaskuler, sedangkan retensi
sisa plasenta mengakibatkan terlepasnya villi choriales yang akhirnya
tertampung dalam uterus sehingga menghalangi dinding rahim untuk berkontraksi
dengan baik yang menjadikan pembuluh darah terbuka sehingga menjadi perdarahan.
Manifestasi
Klinis
Penyebab
Ã
|
ATONIA
UTERI
|
ROBEKAN
JALAN LAHIR
|
RETENSI
SISA PLASENTA
|
WARNA DARAH
|
Kehitaman
|
Merah Segar
|
Kehitaman
|
KONTRAKSI UTERUS
|
Jelek
|
Baik
|
Baik jelek
|
ASAL PERDARAHAN
|
Cavum Uteri
|
Robekan Portio
|
Cavum Uteri
|
LAIN-LAIN
|
Multi Paritas
|
Pembukaan belum lengkap
|
Plasenta tidak lengkap
|
Gejala Klinis
Lain :
-
Mendadak
perdarahan pervaginam banyak
-
Disertai
dengan preshock
-
Fundus
uteri teraba
-
Terjadi
subinvolusi
-
Nadi
lemah dan cepat
-
Tekanan
darah sangat rendah
-
Nafas
cepat / frekuensi pernafasan
-
Berkeringat
atau kulit menjadi dingin dan basah
-
Pucat
Penatalaksanaan
- Penanganan Umum
- Mintalah bantuan dengancepat bila perdarahan terjadi di rumah
- Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital
- Pastikan bahwa kontraksi uterus baik :
-
Lakukan
pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap
di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif.
-
Berikan
10 unit oksitosin IM
- Pasang infus cairan IV
- Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar masuk
- Periksa kelengkapan plasenta
- Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina dan perineum
- Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
- Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti) periksa kadar hemoglobin :
-
Jika
Hb < 7 gr/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia berat) berikan sulfus
ferrosus 600 mg atau ferrous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg peroral
sekali sehari selama 6 bulan.
-
Jika
Hb 7-11 gr/dl beri sulfas ferrous 600 mg atau ferrous fumarat 60 mg ditambah
asam folat 400 mcg peroral sekali sehari selama 6 bulan.
- Penanganan Khusus
Pada atonia
uteri uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.
- Teruskan pemijatan uterus
- Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
- Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri
- Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan tranfusi sesuai kebutuhan
- Jika perdarahan terus berlangsung
-
Pastikan
plasenta lahir lengkap
-
Jika
terdapat tanda-tanda sisa plasenta ( tidak adanya bagian permukaan maternal
atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya) keluarkan sisa plasenta
tersebut.
-
Lakukan
uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit
atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya
kosgulopati.
- Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakan diatas telah dilakukan, lakukan :
-
Kompresi
bimanual internal
-
Kompresi
aorta abdominalis
- Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi
-
Lakukan
ligasi arteri uterine dan ovarika
-
Lakukan
histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi
Pada
robekan Serviks, vagina dan perineum.
a.
Periksalah
dengan seksama dan perbaiki robekan pada serviks atau vagina dan perineum
b.
Lakukan
uji pembekuan darah jika perdarahan terus berlangsung. Kegagalan terbentuknya
pembekuan darah setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah
dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
1.
TROMBOFLEBITIS
Definisi
:
Tromboflebitis
merupakan peradangan vena yang terjadi
dikaitkan dengan bekuan intravaskuler atau trombus.
Selama
kehamilan kejadiannya relatif rendah, resiko tromboflebitis vena kaki atau
pelvis meningkat setelah kelahiran atau operasi.
Faktor-faktor
resiko untuk tromboflebitis melputi pertambahan usia, episode tromboemboli
sebelumnya, pembedahan, kelahiran, obesitas, immobilisasi, trauma vaskular dan
denhidrasi.
Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan tromboflebitis vena meliputi : stasis (perlambatan
aliran darah), luka pada dinding pembuluh darah (iritasi lokal, infeksi) dan
perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah.
Manifestasi
dari gejala tergantung pada :
1.
Derajat
gangguan aliran darah dengan pengisian darah jaringan atau iskemia
2.
Respons
peradangan sekitar vena yang terkena
3.
Infeksi
bakteri penyerta.
Trombosis vena paling
sering terjadi pada vena-vena superfisialis dan profunda dari ekstremitas
bawah. Trombus vena kaki profunda paling mungkin berkembang pada arkade soleal
dari otot-otot betis, tempat mereka bercabang, bersatu, meluas, atau trombus
tambahan pada tempat-tempat tersendiri.
Tanda
dan gejala :
-
Keadaan
umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian sehu mendadak
naik kira-kira hari ke 10-20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
Nyeri pada kaki biasanya bersifat unilateral.
-
Bengkak
dan kemerahan
-
Denyut
nadi meningkat
-
Kaki
sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibanding dengan kaki lainnya.
-
Seluruh
bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian
atas
-
Nyeri
hebat pada lipat paha dan daerah paha.
-
Edema
kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada
paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas.
-
Nyeri
pada betis yang dapat terjadi spontan atau dengan memijit betis atau dengan
meregangkan tendo achiles (tanda homan)
Penanganan
:
-
Perawatan
: Tirah baring dengan kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompresi
pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai
kaos kaki panjang yang elastik selama mungkin.
-
Mengingat
kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui
-
Terapi
medik : pemberian antibiotika dan analgetika.
2.
POST PARTUM BLUES
Pengertian
:
Post Partum
Blues merupakan perubahan emosi yang terjadi pada ibu setelah melahirkan,
terjadi pada 6 minggu pertama.
Etiologi :
Penyebabnya
perubahan hormon ibu yang telah melahirkan dan tidak dipersiapkan untuk
menghadapi tugas-tugas yang harus dihadapinya.
Tanda dan Gejala :
Dengan gejala
mudah tersinggung, murung, tidak mau mengemukakan permasalahannya / kesulitan,
gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur / insomnia, merasa cemas, menangis
terus, kehabisan energi / merasa sangat lemah, sulit konsentrasi. Apabila
berlangsung sampai 2 minggu dan tidak mampu enyesuaikan dengan tuntutan tugas
maka akan lebih serius menjadi “Post Partum Depression”
Post Partum Depression
Wanita dengan
depresi post partum tidak mudah diidentifikasi, dapat menunjukkan tanda dan
gejala yang bervariasi. Gejala awal terjadinya tidak mudah untuk ditentukan,
biasanya penderita sudah menampakkan gejala sebelum memasuki masa post partum,
sedikitnya 10% wanita mengalami depresi masa kehamilannya (Green, 1998).
Alfonso dan Arizmendi (1985), Chalmers & Chalmers (1986) dan O’hara (1987)
menyimpulkan bahwa tanda dan gejalanya seperti mudah menangis, putus asa, tidak
bergairah dalam kehidupannya, selalu dalam keadaan sedih, adanya keinginan
untuk bunuh diri, cemas, dan adanya kekhawatiran yang berlebihan (irrational
thinking) dengan kesehatan dirinya dan bayinya. Manifestasinya 3 bulan pertama
post partum atau sampai bayinya berusia 1 tahun. Penyebabnya belum diketahui.
Faktor
predisposisi : faktor biologis, atau
fisiologis yaitu fluktuasi hormon yang terjadi setelah melahirkan
(Gregoire,dkk, 1996, Liddle, 1996, Moore, 1994, O’Hara 1987), namun masih
membutuhkan pembuktian lebih lanjut, kelelahan selama post partum berkontribusi
sebagai pencetus munculnya depresi pada wanita pasca persalinan. Faktor
psikologis dan sosial, sejumlah faktor personal dan sosial seperti trauma
kehamilan dan persalinan, kurangnya dukungan (support) dari keluarga, teman atau petugas kesehatan,
kehamilan yang tidak direncanakan, mempunyai riwayat depresi sebelumnya, dan
kurangnya persiapan diri menjadi seorang ibu serta pengalaman melahirkan yang
kurang menyenangkan dapat merupakan faktor predisposisi.
Pengaruh Depresi Post Partum
Menurut Yeni
(2002) ada beberapa pengaruh buruk depresi pada ibu postpartum, diantaranya :
-
Dapat
menyebabkan ibu mengalami kesukaran untuk berinteraksi dan menjalin hubungan
cinta kasih dan merawat bayinya.
-
Kurang
dapat menunjukkan tingkah laku memberikan kasih sayang yang penuh terhadap
bayinya dan kurang menunjukkan respon yang baik untuk memenuhi kebutuhan
bayinya.
-
Adanya
hubungan perilaku bayi dan ibu yang mengalami depresi post partum. Perilakunya
adalah lebih rewel, mudah menangis, dan kurang berekspresi atau berespon
terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya dibanding dengan ibu yang tidak
depresi post partum (Cohn, Mathias, tronick, Connell, & Lytons-Ruth, 1986,
Field,dkk 1988).
-
Dapat
menyebabkan ketidakharmonisan pada pasangan, atau hubungan pasangan yang masih
relatif baru mengalami depresi akibat ketidaksiapan menghadapi perubahan
kehidupan setelah bayi pertama mereka lahir, dan pasangan mereka mengalami
ketidakbahagiaan dalam perkawinan (Holden, 1990).
Pencegahan :
Ada beberapa
cara untuk mencegah terjadinya depresi post partum adalah :
-
Menyediakan
informasi tentang semua hal yang berhubungan dengan depresi post partum pada
kelas-kelas prenatal, penjelasan tentang perubahan-perubahan kehidupan
(fisiologis, psikologis dan sosial).
-
Menghimbau
kepada para wanita nifas untuk segera mengunjungi pelayanan kesehatan untuk
mencari pertolongan jika muncul gejala depresi.
-
Membentuk
kelompok dari para penderita dan pasangannya sebagai tempat berkumpul dan
bertukar pengalaman antar mereka. Melalui kolompok ini perawat dapat
mendengarkan ekspresi perasaan dan pengalamannya, dan menyediakan konseling
terapi untuk penderita dan keluarga yang dalam masa penyembuhan (recovery).
Kolaborasi dengan team medis dalam memberikan obat anti depresi.
Post
Partum Psichosis
Kejadiannya jarang,
manifestasinya 3-4 minggu Post partum, dikenali dengan keadaan penderita sudah
mengalami depresi berat, penderita mengalami gangguan proses berpikir antara
lain delusi, halusinasi, tingkah laku tidak wajar. Ini dapat mengancam jiwanya
sendiri dan bayinya, sehingga perlu pertolongan psikiater.
Penyebabnya tingkat
hormonal berubah, stres psikologis dam fisik, sistem pendukung yang tidak
sesuai.
Daftar
Pustaka
Taber,
Ben-Zion, Kapita Selekta Kedaruratan
Obstetri dan Ginekologi (terjemahan), Jakarta : EGC, 1994.
Buku acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2001.
Modul Asuhan
Keperawatan Post Partum, Semarang : Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2004.
Hamilton,
Persis Mary, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas,Jakarta
: EGC, 1995.
Syaifudin
AB, Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirihardjo, 2002.
Friedman AS, Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
Obstetri, Jakarta : Bina Rupa Aksara, 1998.
Langganan:
Postingan (Atom)